Definisi, Reproduksi, Ukuran, Sebaran, Pengambilan Sampel, Jenis Plankton



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang membentang dari Sabang hingga Merauke dimana wilayah lautnya lebih besar daripada luas daratannya. Oleh karena itu, Indonesia mempunyai daerah pantai, estuaria, dan hutan bakau yang cukup luas (Nontji, 2005).Wilayah perairan yang luas ini memberikan keanekaragaman di perairan tersebut.

Pada suatu perairan terdapat berbagai macam organisme yang sangat kompleks baik yang berukuran besar maupun yang berukuran kecil (mikroskopik). Adapun organisme yang berukuran kecil ini sangat beraneka ragam. Salah satu contoh dari organisme yang mikroskopis adalah plankton.

Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus. Planton terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan (fitoplankton). Plankton tidak saja penting bagi kehidupan ikan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi penting juga bagi segala jenis hewan yang hidup di dalamnya, baik air payau, tawar maupun air laut. Tanpa plankton khususnya fitoplankton sebagai produksi primer tidak akan mungkin terjadi kehidupan hewan didalam laut dari permukaan sampai kedasarnya.

Dasar ketergantungan zooplankton dan fitoplankton dalam melengkapi bahan-bahan organik menunjukkan suatu hubungan yang kompleks sehingga terbentuk sebuah rantai makanan yang disebut foot web. Sifat khas rantai makanan mempunyai pengaruh yang penting dalam menentukan jumlah produksi ikan diberbagai daerah. Hal inilah yang menjadi alasan perlunya mempelajari dan memahami plankton.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui identifikasi plankton serta untuk mengetahui lingkungan hidup dan adaptasi dari salah satu jenis plankton yaitu Diatom.

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana kondisi lingkungan tempat hidup dari diatom dan mengetahui bagaimana adaptasinya terhadap lingkungan tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Plankton

Sejak zaman dahulu sebenarnya manusia telah memanfaatkan dan melihat gejala-gejala yang ditimbulkan oleh plankton, namun mereka tidak mengetahui bahwa itu adalah olankton karena keterbatasan mereka. Istilah plankton diperkenalkan pertama kali pada akhir abad ke 19.

Jenis plankton yang telah lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia yaitu Rebon. Rebon atau jambret adalah campuran berbagai jenis hewan seperti udang kecil, sebagian besar terdiri dari zooplanktonsergestid, misid dan larva udang penaeid. Rebon sangat dikenal sebagai bahan dasar untuk membuat terasi.

Dalam budidaya bandeng juga telah lama menggunakan plankton. Nener yang merupakan pakan alami bagi larva ikan bandeng merupakan jenis dari plankton. Bahkan hingga saat ini penggunaan nener alami masih banyak dijumpai.

Fenomena alam yang telah lama dikenal dan merupakan geja;a yang disebabkan oleh plankton adalah Laut Merah. Dimana warna merah kecoklatan tersebut berasal dari blooming plankton jenis Trichodesmium erythtreum. Selain blooming, fenomena alam lainnya yaitu bioluminessence, dimana warna air laut seolah-olah memancarkan cahaya.

2.2 Definisi Plankton
Plankton adalah mikroorganisme yang hidup di perairan baik di sungai,danau, waduk maupun di perairan payau dan laut, yang hidupnya melayang dal suatu perairan dan mengikuti gerakan air. Menurut Nybakken (1992) zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu berfotosintesis.

Gambar Rantai Makanan Perairan

Plankton merupakan makanan alami bagi larva organisme perairan. Plankton juga berperan sebagai produsen utama di perairan, dimana fitoplankton yang memegang peranan ini., sedangkan organime konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Menurut Djarijah (1995), produsen adalah organisme yang memiliki kemampuan untuk menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktivitas hidupnya, sedangkan konsumen adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oleh organisme lain.

2.3 Jenis-jenis Plankton

A.  Berdasarkan kemampuan membuat makanan

  1. Fitoplankton : Jasad nabati yang dapat melakukan fotosintesis karena mengandung klorofil. Fitoplankton terdiri dari satu sel atau banyak sel. Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm). fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai.
    Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut.
    Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai primer producer.
    Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi yang terkandund didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan.

  2. Zooplankton : Disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya. Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk kelangsungan hidupnya is sangat bergantung pada bahan organik dari fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi sebagai konsumen (consumer) bahan organik.
    Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod), eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod, kaetognat (chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai, perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari perairan tropis hingga ke perairan kutub.
    Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di dasar Taut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari, menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi nekton atau bentos.

  3. Bakterioplankton : Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin memahami bahwa bakteri pun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan penting dalam lour hara (nutrient cycle) dalam ekosistem Taut. la mempunyai ciri yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel, dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposes). Semua biota laut yang mati, akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaur-ulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam prows fotosintesis.

  4. Virioplankton : Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya sangat kecil ( kurang dari 0,2 um ) dan menjadikan biota lainnya, terutama bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memecahkan dan mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua dekade lalu para ilmuwan banyak mengkaji virioplankton ini dan menunjukkan bahwa virioplankton pun mempunyai fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam ekosistem laut.

B. Berdasarkan ukuran
Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil kingga yang besar. Dulu orang menggolongkan plankton dalam tiga kategori berdasarkan ukurannya, yakni:

  1. Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap dengan jaring dengan mata jaring (mesh size) berukuran 20 µm, atau dengan kata lain plankton berukuran lebih besar dari 20 µm

  2. Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2µm. Atau berukuran 2-20 µm

  3. Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 µm
Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-milah partikel yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang. Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh Sieburth dkk (1978) yang kini banyak diacu orang, yaitu:
  1. Megaplankton (20-200 cm)
    Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak ubur­ubur termasuk dalam golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa mempunyai ukuran diameter payungnya sampai lebih dari satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa sampai beberapa meter pajangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia adalah ubur-ubur Cyanea arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih dua meter dan dengan panjang tentake130 m lebih .

  2. Makroplankton (2-20 cm)
    Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula termasuk dalam golongan ini

  3. Mesoplankton (0,2-20 mm)
    Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod, amfipod, ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa fitoplankton yang berukuran besar masuk dalam golongan ini seperti Noctiluca.

C. Berdasarkan Habitat
  • Limnoplankton         ( Danau )
  • Heleoplankton          ( Kolam )
  • Potamoplankton      ( Sungai )
  • Hipalmiroplankton ( Payau )
  • Haliplankton               ( Laut )

D. Berdasarkan Daur Hidupnya

Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi :

  • Holoplankton
    Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini. Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton termasuk juga umumnya adalah holoplankton.

  • Meroplankton
    Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat didasar laut. Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai plankton sementara.
    Pada umumnya ikan menjalai hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam tahap telur dan larva kemudian menjadi nekton sstelah dapat berenang bebas. Kerang dan karang adalah contoh hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton pada tahap telur hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang hidup melekat atau manancap didasar laut.
    Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting mempunyai perkembangan larva yang bertingkat – tingkat dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya buidaya udang, crustacea, mollusca, dan ikan.

  • Tikoplankton
    Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini dalam keadaan normalnya hidup didasar laut sebagai bentos. Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton.

E. Berdasarkan Sebaran Horizontal
Plankton terdapat dilingkungan air tawar hingga tengah samudra. Dari perairan tropis hingga ke perairan kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak dihuni oleh plankton. Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton dibagi menjadi:
  • Plankton Neritik
    Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas (kadar garam) yang relatif rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke perairan payau di depan muara dengan salinitas sekitar 5­10 psu (practical salinity unit; dulu digunakan istilah °/oo atau permil, g/kg). Akibat pengaruh lingkungan yang terus-menerus berubah disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa merupakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan tawar. Beberapa di antaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria (muara) yang payau, misalnya Labidocera muranoi.

  • Plankton Oseanik
    Plankton oseanik (oceanic plankton) hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengah samudra. Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya tinggi. Karena luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton tergolong dalam kelompok ini.
    Penggolangan seperti di atas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga plankton yang hidup mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik-oseanik.
F. Berdasarkan Sebaran Vertikal
Plankton hidup di laut mulai dari lapisan tipis di permukaan sampai pada kedalaman yang sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton dapat dibagi menjadi:
  • Epiplankton
  • Mesoplankton

  • Hipoplankton
2.4  Adaptasi Plankton
Plankton hidup mengapung atau melayang didalam laut, melawan gaya gravitasi atau daya tenggelam merupakan kunci untuk survival bagi plankton. Dalam tubuh plankton terdiri dari sel yang mengandung bagian yang hidup bernama protoplasma. Protoplasma hidup memiliki berat jenis yang sedikit lebih tinggi daripada air murni, tetapi hampir sama dengan berat jenis air laut berkisar 1,02 sampai 1,05. Apabila suatu jenis fitoplakton dicirikan mempunyai dinding sel pelindung tentulah berat jenisnya akan bertambah, dan karenanya akan tenggelam. Untuk melawan gaya grafitasi atau atau daya tenggelam ini ternyata berlaku ketentuan umum bahwa makin besar pula tahanan gesekannya terhadap air.Makin kecil ukuran plankton, maka semakin menguntungkan bagi plankton untuk dapat melayang dalam air, karena plankton tidak dapat melawan arus. Selain itu, ukuran tubuh plankton yang kecil memudahkan untuk menyerap hara langsung dari air laut. Proses penyerapan hara tersebut berlangsung melalui melalui permukaan sel.

Untuk plankton yang memiliki ukuran tubuh besar, seperti zooplankton ubur-ubur, cara adaptasinya adalah dengan mengandung air yang banyak dengan berat jenis air yang sama dengan disekitarnya. Kandungan air pada ubur-ubur bisa lebih 95% dari bobot tubuhnya.

Untuk melawan gravitasi, plankton memiliki adaptasi morfologis yang dapat meningkatkan daya apungnya. Adaptasi tersebut adalah dengan bentuk tubuh plankton yang bulat, lonjong, atau berbentuk batang, yang dapat memudahkan bagi plankton untuk dapat melayang di perairan.

Selain itu, faktor lingkungan juga ikut mempengaruhi daya apung plankton,yakni viskositas atau kekentalan air laut, yang bergantung dari suhu dan salinitas. Makin tinggi suhu air dan semakin rendah salinitas akan menyebabkan viskositas menurun, dan menyebabkan plankton lebih mudah tenggelam. Ukuran plankton semakin menjauhi khatulistiwa akan semakin besar akibat dari suhu dan salinitas tersebut.

2.5  Habitat Plankton
Beberapa genera dari copepoda plankton menempati perairan pantai seperti Acartia, Eurytemora, Pseudodiaptomus dan Tortanus. Spesies copepoda umumnya mendominasi fauna holoplanktonik. Copepoda calanoid melebihi jumlah cyclopoid dan harpacticoid pada ekosistem estuaria. Cyclopoidumumnya litoral dan bentik tetapi beberapa merupakan spesies planktonik.

2.6  Distribusi Plankton
  • Distribusi harian dan musiman
    Distribusi plankton dari waktu ke waktu lebih banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Distribusi temporal banyak dipengaruhi oleh pergerakan matahari atau dengan kata lain cahaya sangat mendominasi pola distribusinya. Distribusi harian plankton, terutama pada daerah tropis, mengikuti perubahan intensitas cahaya sebagai akibat pergerakan semu matahari. Pada pagi hari dimana intensitas cahaya masih rendah dan suhu permukaan air masih relative dingin plankton berada tidak jauh dengan permukan. Pada siang hari plankton berada cukup jauh dari pemukaan karena ’menghindari’ cahaya yang telalu kuat. Pada sore hingga malam hari plankton begerak mendekati bahkan berada.
    Seperti dijelaskan tentang migrasi vertikal, setidaknya ada dua teori yang dapat menjelaskan mengapa plankton dapat bergerak secara vetrikal. Pertama plankton terangkat oleh mekanisme pergerakan air yang disebabkan oleh perbedaan densitas. Pada siang hari dimana air pada lapisan yang lebih dalam memiliki suhu yang relatif dingin dibandingkan pada daerah lebih atas. Dalam kondisi demikian maka plankton akan terapung diatas lapisan tersebut. Pada malam hari lapisan bagian atas mulai mendingin sehingga plankton terangkat pada lapisan tersebut karena densitas plankton yang lebih rendah dari densitas air. Alasan kedua adalah karena adanya mekanisme pergerakan yang dilakukan oleh plankton. Dengan pola migrasi tersebut maka plankton baik fitoplankton maupun zooplankton akan terdistribusi secara tidak merata di perairan.

2.7 Reproduksi dan Siklus Plankton
Gambar Reproduksi Plankton


Menurut Kennish (1990) dan Nybakken (1988) sebagian besar diatom melakukan reproduksi melalui pembelahan sel vegetatif. Hasil pembelahan sel menjadi dua bagian yaitu bagian atas (epiteka) dan bagian bawah (hipoteka). Selanjunya masing-masing belahan akan membentuk pasangannya yang baru berupa pasangan penutupnya. Bagian epiteka akan membuat hipoteka dan bagian hipoteka akan membuat epiteka. Pembuatan bagian-bagian tersebut disekresi atau diperoleh dari sel masing-masing sehingga semakin lama semakin kecil ukuran selnya. Dengan demikian ukuran individu-individu dari spesies yang sama tetapi dari generasi yang berlainan akan berbeda. Reproduksi aseksual seperti ini menghasilkan sejumlah ukuran yang bervariasi dari suatu populasi diatom pada suatu spesies. Ukuran terkecil dapat mencapai 30 kali lebih kecil dari ukuran terbesarnya (Kennish, 1990). Tetapi proses pengurangan ukuran ini terbatas sampai suatu generasi tertentu. Apabila generasi itu telah tercapai diatom akan meninggalkan kedua katupnya dan terbentuklah apa yang disebut auxospore.


BAB III
METODE PENGAMBILAN SAMPEL

3.1 Metode sampling plankton dapat dibagi menjadi dua yaitu :
  1. Kualitatif : Mengetahui jenis-jenis dari plankton

  2. Kuantitatif : Mengetahui kelimpahan plankton yang berkaitan dengan  distribusi waktu dan tempat

3.2 Jenis peralatan sampling plankton
  1. Sampling dengan menggunakan tabung atau botol air ( water bottle ) ( omori dan ikeda,1992 )
    1
    Sampling ini dilakukan untuk mengambil air laut pada kedalaman tertentu, dengan mengunakan botol 100 ml, sampling diwilayah pantai dimana kelimpahan plankton tinggi, sampling untuk plankton berukuran kecil ( fito atau nano plankton ). Sampling mendapatkan air sampel 1-50 liter.

  2. Sampling dengan menggunakan Van Dorn atau Nansen Bottle Sampler ( omori dan ikeda, 1992 )
    2
    Tabung Van Dorn auat Nansen Bottle Sampler terbuka diturunkan pada kedalaman tertentu. Tabung Van Dorn atau Nansen Bottle Sampler akan ditutup dengan meluncurkan ring atau besi pemberat sehingga bagian atas dan bawah akan tertutup.

  3. Sampling menggunakan Pompa Hisap (Romimohtarto dan Juwana,1998)
    3
    Sampling dengan memompa air laut dari kedalaman tertentu. Ujung pompa hisab diturunkan sampai dengan kedalaman tujuan, air sampel ditampung dan disaring, keuntungannya adalah volume dan kedalaman dapat ditentukan namun kekurangannnya adalah volume air dibatasi oleh diameter pipa penghisab, sehingga tidak semua plankton terhisab sesuai tujuan.

  4. Sampling menggunakan Plankton Net (Omori dan Ikeda, 1992; Romimohtarto & Juwana, 1998)
    4
    keterangan : A. Plankton Net untuk phytoplankton berukuran diameter 31 cm dengan mata jaring berukuran 30 -60 mikron; B. Plankton net untuk zooplankton berukuran diameter 45 cm dengan mata jaring berukuran 150-500 mikron; C. Plankton Net untuk ikhtioplankton berukuran diameter 55 cm.

    Metoda Pengambilan Sampling dengan Plankton Net, seperti beriktu :

    1. Sampling secara horizontal
      5
      Metoda pengambilan plankton secara horizontal ini dimaksudkan untuk mengentahui sebaran plankton horizontal. Plankton net pada suatu titik dilaut ditarik kapal menuju ketitik lain. jumlah air tersaring diperoleh dari angka pada flowmeter atau dengan mengalikan jarak diantara dua titik tersebut dengan diameter plankton net, flowmeter untuk peningkatan ketelitian.

    2. Sampling secara vertical
      Meletakkan plankton net sampai kedasar perairan kemudian menariknya keatas. Kedalaman perairan sama dengan panjang tali yang terendam dalam air sebelum digunakan untuk menarik plankton net keatas. Volume air tersaring adalah kedalaman air dikalikan dengan diameter mulut plankton net.
Pengawetan sampel plankton
Sampel plankton yang diperoleh harus dilengkapi data :
  • Lokasi pengambilan sampel stasiun

  • Tanggal dan jam

  • Kedalaman

  • Cuaca

  • Kecepatan arus

  • Beberapa parameter fisika dan kimia perairan lain
Sampel plankton disimpan dalam botol berlabel, dan ditambah bahan pengawet formalin 4 %. (Diperoleh dari 2 gram boraks ke dalam 98 ml formalin 40 %, diencerkan dengan cara 10 ml larutan formalin + boraks + 90 ml air / akuades, maka akan didapatkan larutan formalin 4 %).


1 comment:

Biologi Laut | Saling Rindu said...

[…] Zona Intertidal : Pengertian, Tipe Pantai, Adaptasi Organisme, Jenis Organisme dll Zona Interstitial : Pengertian, Organisme, Adaptasi Organisme, Reproduksi Organisme dll Zona Subtidal : Pengertian, Organisme, Adaptasi dan reproduksi organisme, metode pengambilan sampel Estuari dan Rawa Asin : Pengertian, Organisme, Adaptasi dan reproduksi organisme, metode pengambilan sampel Organisme Laut Dalam : Pengertian, Biota dan Adaptasi, Sumber makanan, metode pengambilan sampel Plankton : Sejarah, Pengertian, Jenis & Ukuran, Sumber makanan, metode pengambilan sampel […]



Powered by Blogger.