Feeding Periodicity, TKG, IKG, Fekunditas Ikan Nilem



FEEDING PERIODICITY, TINGKAT KEMATANGAN GONAD, INDEKS KEMATANGAN GONAD, DAN FEKUNDITAS IKAN NILEM


LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah

Biologi Perikanan
Disusun oleh :

Eskasatri                      (230110100006)
Adrio Juliardi  P          (230110100007)
Satriya Ikhsan N         (230110100008)

unpad


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Makanan sangat penting untuk mahkluk hidup karena dengan adanya makanan maka makhluk hidup dapat makan dan berkembang, dengan berkembang maka makhluk hidup akan mengalami proses pertumbuhan dan dapat melangsungkan hidup. Apabila makanan tersebut baik, maka pertumbuhannya pun akan cepat begitu pula sebaliknya.
Ikan merupakan contoh salah satu makhluk hidup yang membutuhkan makan untuk tumbuh. Makanan adalah organisme, bahan, maupun zat yang dimanfaatkan ikan untuk menunjang kehidupan organ tubuhnya. Kebiasaan makan adalah tingkah laku ikan saat mengambil dan mencari makanan. Ikan yang mampu menyesuaikan diri ditinjau dari segi makanan adalah jenis ikan yang mampu memanfaatkan makanan yang tersedia dan bersifat generalis dalam memanfaatkan makanan alami, sehingga ikan tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap fluktuasi kesediaan makanan alami.
Pengelompokan ikan berdasarkan kepada bermacam-macam makanan yang dimakan, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit dan monophagic yaitu ikan yang makanannya terdiri dari atas satu macam makanan saja.
TKG (tingkat kematangan gonad) menunjukkan suatu tingkatan kematangan sexual ikan. Sebagian besar hasil metabolisme digunakan selama fase perkembangkan gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh, sedangkan untuk ikan jantan berkisar antara 5-10%. Dalam mencapat kematangan gonad, dapat dibagi daam beberapa tahapan. Secara umum tahap tersebut adalah akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad (length at first maturity, Lm) bergantung pada pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor lingkungan. Pembagian tahap kematangan gonad dilakukan dalam dua cara, yakni analisis laboratorium dan pengamatan visual. Cara yang umum digunakan ialah metode pengamatan visual berdasarkan ukuran & penampakan gonad, sebagi catatan metode ini bersifat subyektif.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum Biologi Perikanan ini adalah sebagai berikut :
  1. Mengetahui Tingkat Kematangan Gonad ( TKG ) dilihat dari tanda umum pada gonad.
  2. Menghitung Indeks Kematangan Gonad ( IKG ) ikan.
  3. Mengetahui Fekunditas ikan dengan metode numeric dan metode volumetric.
  4. Mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi ikan
  5. Mengetahui pertumbuhan ikan
  6. Mengetahui relasi antara panjang dan berat ikan.
  7. Mengetahui keniasaan makan ikan.
1.3 Prosedur Kerja
Prosedur yang dilakukan dalam praktikum adalah :
  1. Menimbang berat ikan Nilem
  2. Memingsankan ikan dengan menusukkan jarum penusuk ke bagian antara mata bertujuan agar ikan tidak bergerak saat diteliti
  3. Mengukur panjang standard dan panjang total ikan
  4. Membelah perut ikan dan mengambil saluran pencernaan ikan
  5. Memisahkan antara usus dan gonad
  6. Timbang gonad dan lihat ciri gonad yang diteliti sudah masuk tahap berapa
  7. Hitung IKG berdasarkan data yang sudah ada
  8. Apabila ikan betina,maka meneliti fekunditasnya dengan cara menghitung telur dari beberapa bagian gonad yang dijadikan sampel
  9. Mengeluarkan usus dari perut ikan untuk diteliti isi usus
  10. Keluarkan isi usus (kotoran) ke dalam cawan petri
  11. Mengencerkan kotoran ikan menggunakan air hingga tidak menggumpal
  12. Mengambil sampel kotoran yang telah diencerkan dan diamati ke mikroskop
  13. Catat hasil pengamatan di tabel yang telah disediakan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ikan Nilem
Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan ikan endemik (asli)Indonesia yang hidup di sungai-sungai dan rawa-rawa. Namun, sejalan dengan perkembangan, ikan tersebut kemudian dibudidayakan di kolam-kolam untuk tujuan komersial. Secara nasional keberadaannya kurang begitu populer kecuali di Jawa Barat. Hampir 80 % produksi nasional ikan nilem berasal dari Jawa Barat.

2.1.1  Klasifikasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Kingdom             : Animalia
Phylum                : Chordata
Sub-phylum      : Craniata
Class                     : Pisces
Sub-class           : Actinopterygi
Ordo                    : Ostariophysi
Sub-ordo           : Cyprinoidea
Famili                   : Cyprinidea
Genus                  : Osteochilus
Spesies                : Osteochilus hasselti

2.1.2 Morfologi Ikan Nilem
Bentuk tubuh ikan nilem (Osteochilus hasselti) hampir serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut peraba.
Warna tubuhnya hijau  abu-abu. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba.
Ikan nilem dapat mencapai panjang tubuh 32 cm. Di Jawa Barat, ikan nilem memiliki popularitas sedikit di bawah ikan mas. Di berbagai daerah lain, ikan ini dikenal sebagai ikan lehat, regis, monto, palong, palouw, pawas, assang, atau penopa.
Ikan ini terdapat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, Malaysia, dan Thailand. Pada umumnya, ikan nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 m dpl.

2.1.3 Habitat dan Penyebaran Ikan Nilem
Nilem hidup di lingkungan yang jernih maka ikan ini dapat ditemukan di sungai-sungai. Kebiasaan makan ikan nilem tergolong ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivore). Di tempat budi daya, ikan nilem dapat dipijahkan sepanjang tahun dengan mengatur kondisi lingkungan. Nilem yang kini banyak tersebar di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi dahulu diperkirakan mula-mula didomestikasi (dijinakkan) di Jawa Barat. Pusat-pusat pemijahan atau budidaya ikan sudah berhasil dilakukan oleh petani ikan antara lain terdapat di Kecamatan Tarogong Kabupaten Garut da Rancapaku (Soeseno, 1978).

2.1.4 Food and Habbit Ikan Nilem
Larva nilem yang masih kecil mula-mula memakan plankton kemudian ikan yang berukuran lebih besar kebiasaan makannya (feeding habit) bersifat penggerogot (grazer) untuk mendapatkan epiphyton dan periphyton (ganggang penempel) yang tumbuh di permukaan daun tanaman air. Nilem dapat memanfaatkan pakan nabati 75-100%, hal ini juga biasa dilakukan oleh para petani dalam memberi pakan pada ikan nilem yang terdiri dari hijauan segar dengan frekuensi 3-5 kali sehari. Ditinjau dari karakteristik saluran pencernaannya, ikan nilem mempunyai usus yang panjang sehingga tergolong ikan yang cenderung herbivora.
Potensi tumbuh cukup tinggi karena mudah beradaptasi terhadap berbagai jenis pakan dan bagian organ pencernaannya pada stadia benih sudah mulai lengkap. Ususnya panjang, bagian akhir dari usus terjadi diferensiasi usus yang lebih lebar yang disebut rectum. Pada bagian ini tidak lagi terjadi pencernaan, fungsinya selain sebagai alat ekskresi, juga membantu osmoregulasi (Hoar, 1979). Ikan nilem termasuk ikan omnivora dan rakus, sangat responsif terhadap pellet buatan, bahkan terhadap hijauan sekalipun.
Ikan nilem (Osteochilus hasselti) hidup di perairan yang jernih. Oleh karena itu, ikan ini dapat ditemukan di sungai-sungai. Populasi ini hanya cocok dipelihara di daerah sejuk, yang tingginya diatas permukaan air laut mulai dari 150m – 1000m, tetapi yang paling baik adalah di daerah setinggi 800m, dengan suhu air optimum 180C – 280C (Soeseno, 1985).
Ikan nilem adalah ikan organik yang artinya tidak membutuhkan pakan tambahan atau pellet. Ikan nilem termasuk ikan pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora).
Larva yang baru menetas biasanya memakan jenis zooplankton (hewan yang berukuran kecil atau mikro yang hidup diperairan dan bergerak akibat arus perairan) yaitu rotifer. Sedangkan benih dan ikan dewasa memakan tumbuh-tumbuhan air seperti chlorophyceae, characeae, ceratophyllaceae, polygonaceae (Susanto, 2006).

2.2 Pakan dan Cara Makan Ikan
Secara umum kebiasaan makan dan cara makan ikan terdiri atas aspek tempat makan atau lokasi makan, waktu makan ikan, cara makan ikan, dan jenis makanan kegemaran ikan. Kedua kebiasaan itu tidak sama antara jenis ikan yang satu dan jenis ikan yang lainnya.
Secara umum, kebiasaan makan ikan bisa dibagi menjadi beberapa hal seperti berikut ini :

1. Kebiasaan Makan Ikan Berdasarkan Tempat
  • Ikan dasar perairan (demersal), yakni ikan jenis ini banyak menghabiskan aktivitasnya di dasar perairan. Contohnya: lele dumbo dan patin.
  • Ikan lapisan tengah perairan, yakni ikan yang mencari makanan yang mengapung di tengah perairan. Ikan jenis ini hanya sewaktu-waktu muncul ke permukaan air atau berenang di dasar perairan. Ikan nilem dan bawal termasuk kedalam jenis ini.
  • Ikan permukaan perairan, yakni ikan yang mencari makanan di permukaan air. Umumnya, ikan jenis ini menghabiskan waktunya lebih lama berada di lapisan atas perairan. Ikan dengan kebiasaan seperti ini disebut dengan pelagis atau ikan permukaan. Gurami, nila dan mujair termasuk dalam kategori ini.
  • Ikan menempel, yakni ikan pemakan bahan organik yangmenempel pada subtrat (benda yang terdapat di dalam air), baik yang berada di dalam kolam air (lapisan tengah) maupun yang berada di dasar perairan. Ikan nilem dan sapu-sapu termasuk dalam kategori ini.
2. Kebiasaan Makan Ikan Berdasarkan Waktu
  • Jenis ikan yang aktif mencari makan pada siang hari. Aktivitas makan ikan ini banyak dilakukan pada siang hari. Pada malam hari, mereka lebih banyak beristirahat. Contohnya: ikan mas, nila, bawal, dan gurami.
  • Jenis ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nocturnal). Ikan yang masuk dalam kategori ini jarang mencari makanan pada siang hari. Jenis ikan yang aktif mencari makanan pada malam adalah lele dumbo, lele lokal, dan patin (jambal).
2.3 Tingkat kematangan Gonad
Kematangan gonad adalah tahapan tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah memijah. Selama proses reproduksi, sebagian energi dipakai untuk perkembangan gonad. Bobot gonad ikan akan mencapai maksimum sesaat ikan akan memijah kemudian akan menurun dengan cepat selama proses pemijahan berlangsung sampai selesai.
Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian pada pengamatan reproduksi ikan. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadinya pemijahan. Sebelum terjadinya pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme dalam tubuh dipergunakan untuk perkembangan gonad. Pada saat ini gonad semakin bertambah berat diikuti dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk diameter telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum pada saat ikan akan berpijah, kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai selesai. Peningkatan ukuran gonad atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit, pada saat ini terjadi perubahan morfologi yang mencirikan tahap stadianya. Pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pertambahan pada jantan sebesar 5-10%. Pencatatan perubahan kematangan gonad dapat digunakan untuk mengetahui bilamana ikan akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah.
Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara. Yang pertama cara histologi dilakukan di laboratorium. Yang kedua cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti.
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran, panjang dan  berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di dalam testes.
Di bawah ini jenis – jenis Tingkat Kematangan Gonad ( TKG ) menurut Kesteven ( Bagenal dan Braum, 1968 ) :
  1. Dara. organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung. Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.
  2. Dara berkembang. Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.
  3. Perkembangan I. Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat seperti serbuk putih.
  4. Perkembangan II. Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuk bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira dua pertiga ruang bawah.
  5. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar tetasan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari padanya jernih dan masak
  6. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal di dalam ovarium
  7. Mijah / Salin. Gonad belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bulat telur.
  8. Salin. Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali.
  9. Pulih salin. Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah.
Menurut Ronaldson dan Hunter, (1987) dalam Hendriana, (2006) perkembangan gonad atau oogenesis ialah transformasi oogonia menjadi oosit. Komponen utama oosit berasal dari senyawa vitelogenin berbobot tinggi berasal dari darah yang disintesis dalam hati. Secara garis besar gonad dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pertumbuhan gonad dan tahap pematangan gonad (Lagler et al., 1977 dalam Khum 1998). Dalam pertumbuhan gonad ini dapat ditentukan ciri-ciri gonad jantan dan betina secara hihistologis. Gonad betina atau ovarium berbentuk bulat dan oval. Di dalam lamella terdapat septa sebagai penunjang sitoplasma lebih tebal dan terdapat beberapa nukleus. Warna gonad kekuningan dan memiliki ukuran gonad lebih besar dari gonad jantan. Sedangkan gonad jantan didomonasi jaringan ikat dan terdapat tubulus seminifer. Gonad jantan berukuran lebih kecil dan menyebar merata serta berwarna lebih putih dari gonad betina (Syandri, 1996 dalam Kham 1998).

2.4 Indeks Kematangan Gonad ( IKG )
Nikolsky (1969) menggunakan tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Secara alamiah hal ini berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya atau tanpa berat gonad. Perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh, Nikolsky menamakannya coeficient kematangan yang dinyatakan dalam persen. Johnson (1971) menamakan perbandingan tersebut ialah index of maturity, namun diantara banyak peneliti menamakan indeks tadi ialah Gonado somatic Index. Indeks ini diterima oleh para peneliti reproduksi ikan sebagai salah satu pengukur aktifitas gonad (Saigal, 1967 : Dennison dan Bulkly, 1972). Brulhet (1974) dan beberapa peneliti lainnya menamakan indeks yang sama dengan nama  Raport Gonosomat.
Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada gonad, tingkat perkembangan ovarium, secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan suatu Indeks Kematangan Gonad (IKG) yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan dikalikan 100 persen (Effendie, 1979 dalam Hadiaty, 2000).

IKG = Wg / W x 100%
Wg = berat gonad ; W = berat tubuh ikan

Namun demikian, nilai IKG saja tidak cukup memberikan informasi karakteristik aktivitas reproduksi. Pengamatan yang diperoleh dari gambaran histologis dari bentuk oosit dan ukuran oosit dapat memberikan informasi lebih jelas tentang tingkatan aktivitas reproduksi (Tyler et al., 1991).
Gonado Somatic Index (GSI) akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai GSI lebih besar dibandingkan ikan jantan. Johnson (1971) mendapatkan nilai GSI ikan thread fin  berkisar antara 1-25%. Ikan dengan GSI 19% ada yang sanggup mengeluarkan telurnya. Adakalanya nilai GSI ini dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Dengan memperbandingkan demikian akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dan diluar gonad, atau nilai-nilai morfologi yang dikuantitatifkan. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya, maka akan didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi pada setiap saat.
Penghitungan indeks kematangan gonad selain menggunakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh ikan, dapat juga dengan mengamati perkembangan garis tengah telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis. Perkembangan gonad akan diikuti juga dengan semakin membesarnya pula garis tengah telur yang 62dikandung di dalamnya. Sebaran garis tengah telur pada tiap tingkat kematangan gonad akan mencerminkan pola pemijahan ikan tersebut.
Perbandingan lain yang dapat digunakan untuk menentukan nilai indeks kematangan gonad adalah “Gonado Index“ (GI) oleh Batts (1972) dalam Effendie (1997) yaitu perbandingan antara berat gonad segar (gram) dengan panjang ikan (mm), dengan menggunakan rumus :
Harga 108 merupakan suatu faktor agar didapatkan nilai GI mendekati harga satuan sehingga mudah melihat dan mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi.

2.5 Fekunditas
Fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam biologi perikanan. Fekunditas ikan telah dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubugannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi dan persoalan stok-rekruitmen (Bagenal, 1978). Dari fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan  menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan.
Definisi tentang fekunditas yang paling dekat dengan kebenarannya adalah seperti apa yang terdapat pada ikan Salmon (Onchorynchus sp). Ikan ini selama hidupnya hanya satu kali memijah dan kemudian mati. Semua telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Tetapi karena spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya.
Menurut Bagenal, 1978; Fekunditas : jumlah telur yang matang yang akan dikeluarkan oleh induk. Menurut Nikolsky, 1969; Fekunditas individu : jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan (baik digunakan pada ikan yang memijah satu tahun sekali).
Menurut Royce, 1972;   Fekunditas total: jumlah telur yang dihasilkan selama hidup, Fekunditas relatif : jumlah telur per satun berat atau panjang, Fekunditas relatif dengan satuan berat lebih mendekati kepada kondisi ikan.
Lowe dalam Geking (1975) menyatakan bahwa fekunditas pada ikan Tilapia sp ialah jumlah anak ikan yang dihasilkan selama masa hidup individu itu. Hal ini tentu sangat sukar sekali menentuknnya bahkan tidak mungkin. Sehubungan dengan sifat ikan mujair yang mengerami anak-anaknya di dalam mulut. Maka Bagenal (1978) mengusulkan istilah fekunditas untuk ikan mujair sebagai berikut:
  1. Ovarian fecundity”  yaitu jumlah telur matang yang ada dalam ovarium sebelum dikeluarkan dalam pemijahan.
  2. Brooding fecundity” yaitu jumlah telur yang sedang dierami di dalam mulutnya.
Ikan yang termasuk ke dalam golongan vivar yaitu ikan yang melahirkan anak-anaknya mempunyai tiga macam fekunditas yaitu:
  1. Prefertilizer fecundity” yaitu jumlah telur di dalam ovarium sebelum terjadi pembuahan.
  2. Fertilizer fecundity” yaitu jumlah telur yang dibuahi di dalam ovarium
  3. Larval fecundity” ialah jumlah telur yang sudah menetas menjadi larva tetapi belum dikeluarkan.
Menurut Bagenal (1967), untuk ikan-ikan tropik dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa  hidupnya.
Nikolsky (1969) menyatakan bahwa kapsitas rproduksi dari pemijahan populasi tertentu untuk mengetahuinya harus menggunakan fekunditas populasi relatif misalnya fekunditas populasi relatif dari seratus, seribu atau sepuluh ribu individu dari kelompok umur tertentu. Jumlah ikan dalam tiap-tiap kelas umur dikalikan fekunditas rata-rata dari umur itu. Hasil yang didapat dari menjumlahkan semua kelompok umur memberikan fekunditas relatif. Fekunditas ini dapat berbeda dari tahun ke tahun karena banyak individu yang tidak memijah tiap-tiap tahun. Apabila dalam satu tahun terdapat individu dalam jumlah banyak akan menyebabkan fekunditas rendah pada tahun yang lainnya.
bab3,4,5 click




Powered by Blogger.